Melalui Transportasi Digital, Inovasi Perbankan menstabilitas Perkembangan Pasar Saham di Era Kini!

Ilustrasi : Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Barry Arifsyah Harahap (kanan) dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi NTB Rudi Sulistyo (kiri).

Mataram | Halo Mandalika - Era Global kini Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan peluang besar dan sekaligus tantangan baru bagi sektor perbankan. Penelitian ini menggambarkan dinamika perbankan digital dengan fokus pada inovasi keuangan dan transformasi perbankan.

Melalui studi kasus yang mendalam, penelitian ini menganalisis dampak inovasi keuangan terhadap perubahan paradigma layanan perbankan dan eksplorasi transformasi perbankan digital.

Inovasi Keuangan di Industri Perbankan melibatkan stabilitas sektor keuangan di NTB sehingga terjaga stabil capai 78,75 Triliun. Secara nasional masih besar dari sisi aset, Kredit, dan dana pihak ketiga (DPK). Modal kerja mencapai 40,5 Persen. Penyaluran kredit ini masih di penerima kredit.

Kepala OJK Provinsi NTB Rudi Sulistyo menyatakan secra tegas dan lugas melalui media breafing, perkembangan perbankan pada Juni 2024, aset perbankan NTB tumbuh 17,22%yoy, kredit 15,25% yoy dan DPK 17,72% yoy dengan NPL 2,02 persen dan LDR 136,25 persen. Ini masih tergolong tinggi angka pencapaiannya, "Sebutnya. Kamis, (15/08/2024)

Kemudian dari perputaran tersebut, untuk penyaluran kredit masih banyak digunakan untuk konsumsi sebesar 45,7 persen, modal kerja 40,5 persen, investasi 13,8 persen, UMKM 33 persen dan non UMKM 67 persen.

Sementara penerima di sektor ekonomi terbesar di Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 45,5 persen disusul Pertambangan dan Penggalian 16,8 persen, Perdagangan Besar dan Eceran 19,5 persen, Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 8,7 persen dan Industri Pengolahan 1,7 persen.

Ia mengungkap bahwa, dari hasil pengawasan perkembangan pasar saham untuk bulan Juni 2024, market share jumlah Investor Saham sebanyak 52.187 SID, Reksadana 135.936 SID, dan SBN 4.376 SID. Dengan nilai transaksi saham sebesar 280 miliar (1,1%) dan nilai kepemilikan saham mencapai 3,7 triliun (0,01%),”.

Lanjutnya, ucap SSK NTB di Mataram ia menyambung, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Berry Arifsyah Harahap ada penambahan, pertumbuhan positif kredibility penyaluran kredit berkelanjutan di triwulan II 2024 terbilang melambung, dengan didukung rasio NPL (1,72%) yang tetap terjaga jauh tinggi batasnya.

Alur perolehan masa Penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 15,33% (yoy), dirunjang oleh akselerasi pertumbuhan kredit konsumsi, serta kredit investasi yang tetap tumbuh tinggi.

Sebut dari sisi lainnya, secara sektoral, pertumbuhan kredit ditopang oleh tetap positifnya pertumbuhan kredit pertanian, pertambangan, dan perdagangan meski tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Tambahnya, penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan penyediaan akomodasi berjangka terpantau lebih baik meski masih terkontraksi. Lebih lanjut, pertumbuhan positif penyaluran kredit turut diimbangi dengan likuiditas sejajar.

Dikatakannya, cerminan dari penghimpunan DPK yang tumbuh terakselerasi dari 7,24% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 18,14% (yoy) pada triwulan berjalanKemudian Berry membeberkan hal tersebut secara gambelang, pertumbuhan DPK perbankan di Provinsi NTB pada triwulan II 2024 tercatat sebesar 18,14% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,24% (yoy) paling efisien.

Senada dengan hal tersebut, pertumbuhan yang lebih tinggi terutama didorong oleh pertumbuhan yang objek terukur dengan giro sehingga tumbuh signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya dan pertumbuhan instrumen tabungan. Akuisisi, deposito tetap tumbuh positif melambung dari triwulan sebelumnya.

Sesuai dari penggolongan debitur terkait, peningkatan penghimpunan DPK terutama berasal dari pertumbuhan DPK Pemda yang lebih tinggi, termasuk juga DPK swasta (korporasi) setelah 4 triwulan sebelumnya mengalami kontraksi.

Kalkulasinya secara inspasial dari pangsa pasar penghimpunan DPK terbesar di Provinsi NTB masih berada di Kota Mataram (pangsa 70%), diikuti dengan Kab. Sumbawa dan Kab/Kota Bima.

Ia mengungkapkan dengan rinci bahwa, siklus Kas pada triwulan III 2024 (s.d. Agt 2024) tercatat mengalami net-inflow sebesar Rp0,11 triliun. Adapun net-inflow yang terjadi sejalan dengan normalisasi aktivitas perekonomian pasca melambung tinggi kebutuhan uang kartal di triwulan sebelumnya (HBKN, pembayaran THR, panen padi dan jagung). Di sisi lain, penetrasi transaksi digital di Provinsi NTB berkelanjutan.

Dalam Transaksi RTGS dan SKNBI masing-masing tercatat tumbuh 18,74% dan -5,49% (yoy), lebih baik dari pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, penggunaan jumlah kartu APMK dan UE di NTB mengalami peningkatan. Ia mencatat dengan demikian, pertumbuhan masing-masing sebesar 13,34% dan 15,15% (yoy).

Begitu juga dengan QRIS telah mencapai total 459,73 ribu pengguna dengan jumlah transaksi pada Juni tercatat 1,83 juta transaksi yang ada.

Kata faedahnya, Latar belakang penelitian mencermati percepatan induk dari teknologi di sektor keuangan dan pertumbuhan perbankan digital. Tantangan terkait regulasi, keamanan, dan kebijakan perlindungan konsumen juga menjadi fokus utama dalam konteks perbankan digital.

Melalui Research gap muncul dalam pemahaman mendalam mengenai bagaimana inovasi keuangan dan transformasi perbankan dapat diintegrasikan secara efektif untuk memenuhi kebutuhan konsumen modern.

Menyiasati hal tersebut, Penelitian ini menyoroti urgensi pemahaman yang lebih mendalam terhadap pergeseran perilaku konsumen dan dampak teknologi terhadap layanan perbankan. Analisis terhadap perbankan digital mencakup dinamika persaingan, strategi keuangan baru, dan manfaat bagi konsumen.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan tentang cara perbankan digital dapat memanfaatkan inovasi keuangan untuk mencapai transformasi yang berkelanjutan. Penelitian ini memberikan kontribusi pada literatur perbankan dan keuangan dengan menguraikan tantangan dan peluang perbankan digital serta menawarkan pandangan strategis bagi pemangku kepentingan industri.

Meringkas hasil penelitian menggarisbawahi pentingnya kerjasama antara pihak industri, regulator, dan konsumen untuk memastikan keberhasilan perbankan digital di era inovasi keuangan terkini. (HM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Grand Opening! RSAD Sultan Abdul Kahir II Bima mulai Beroperasi, Berikut Fasilitas dimiliki !

Osama Al Syaqur Berhasil Cetak Gol 3:0, Indonesia VS Australia, Suandi : Saya Bangga

Aktifitas OJK berlanjut, Berikut Daftar Koperasi yang Menjalankan Kegiatan di Sektor Jasa Keuangan