Penurunan Angka Stunting Bermula dari Gizi Anak Seimbang!
![]() |
Ilustrasi : Kepala Desa Korleko Selatan, Sirojudin |
Lombok Timur | Halo Mandalika - Pemerintah Kabupaten Lombok Timur melalui Dinas Kesehatan melakukan kunjungan kerja untuk memastikan kebutuhan gizi anak Stunting di desa Korleko Selatan. Dengan di adakan posyandu setiap bulan untuk capai target kehadiran 100 persen khususnya balita, Dinas Kesehatan Lombok Timur menggerakkan seluruh Posyandu, guna melakukan pendeksian dan cegah dini terjadinya kasus stunting dan gizi buruk.
Kepala Dinkes Lotim, Dr H Pathurrahman usai acara Gerakan Aktifkan Posyandu di Desa Korleko Selatan. Rabu, (18/6/2025) menegaskan target kehadiran di Posyandu harus mencapai 100%.
“ katakan saja sasaran 100 anak, maka semua harus hadir. Saat ini kita masih dibawah 200 persen, dan semua diajak untuk bekerja sama, terhadap sasaran yang tidak datang, menurut Pathurrahman, pihaknya akan melakukan sweeping bersama Puskesmas . “Kami khawatir kalau yang tidak hadir itu adalah yang stunting,” bebernya.
Pathurrahman menekankan, untuk penanganan stunting dan peningkatan kesehatan tidak bisa hanya mengandalkan sektor kesehatan, seperti mengacu pada enam Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Permendagri No. 13 Tahun 2024.
“selain itu, di Posyandu desa, tidak hanya sektor kesehatan saja yang bergerak. Tapi sektor lain harus bergerak, Semisal dalam hal masalah sanitasi dan air bersih, yang menjadi pemicu stunting penananganan ranah PUPR. Konsepnya semua bersama, Atasi masalah tidak saja kesehatan. Semua sektor bisa bicara.” umbarnya.
Pathurrahman memuji kinerja Desa Korleko Selatan dalam menekan angka stunting. Ia juga mengingatkan pentingnya teknik penimbangan yang akurat.
“Penimbangan bayi stunting disoroti karena banyak yang perlu di benahi?. Mulai dari cara penimbangan. Jika menimbang dengan berpakaian, berat pakaian harus dikurangi,” pesannya
Kepala Desa Korleko Selatan, Sirojudin, memaparkan capaian desanya. Dengan 6 dusun, 13 RT, dan 1.320 KK (3.697 jiwa), desa ini memiliki 6 kelompok Posyandu yang aktif memberikan makanan tambahan (PMT) bagi sasaran prioritas. “Tahun 2025, sasaran PMT kami 557 orang, terdiri dari stunting (23), kurang gizi (15), bumil (34), bayi (115), balita (220), dan lansia (150),” jelas Sirojudin.
Dengan adanya perhatian serius dari pihak Dinas Kesehatan di Lombok Timur, Ia membuktikan keberhasilan dengan penurunan angka stunting dari 34 anak di 2024 menjadi 23 anak di 2025. Revitalisasi Posyandu Suhendra Anggaranto, Pembina Posyandu dari Ketua Pokja IV TP PKK, menyatakan Posyandu adalah wadah partisipasi masyarakat vital untuk kesejahteraan ibu dan anak serta deteksi dini penyakit. Memasuki 2025, jumlah Posyandu di Lotim mencapai 2.018, bertambah 9 dari tahun sebelumnya.
Transformasi signifikan terjadi dengan revitalisasi Posyandu konvensional menjadi Pos Pelayanan Terpadu (PosGA). “Antusiasme masyarakat tinggi. Sasaran PosGA tidak lagi hanya balita dan bumil, tapi melayani semua siklus hidup. Pelayanan kesehatan menjadi lebih sinergis dan terintegrasi,” tutur Suhendra
Konsep ini diperkuat dengan pengembangan Posyandu SMART yang tak hanya fokus pada kesehatan, tetapi juga mengintegrasikan enam SPM, mencakup pendidikan, PUPR, perumahan, serta keamanan dan ketertiban. “Posyandu diharapkan menjadi pusat edukasi dan deteksi dini,” ucapnya.
Terbilang meski kunjungan ke Posyandu menunjukkan peningkatan signifikan mencapai 79,4 persen pada April 2025, TP PKK Lotim menyoroti masih ada 21 persen balita yang belum terpantau perkembangannya.
“Perlu di bina sebab Ini menjadi perhatian serius. Kami juga berharap Posyandu dapat mendeteksi keluarga berisiko stunting secara lebih dini dan menyeluruh,” pungkas Suhendra
Terlepas dari Alfa, ia menegaskan komitmen untuk terus mendorong konsistensi Kedepankan Posyandu untuk pencegahan stunting dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui pendekatan terkini holistik dan kolaboratif yang berdaya guna manfaat.(HM-1)